Wednesday, December 19, 2012

Happy Birthday to Yuy

Tepat pada hari ini, di zaman dahulu kala sekitar pertengahan tahun 80an, lahirlah seorang bayi berjenis kelamin perempuan di salah satu sudut muka bumi...

Entah bagaimana keadaannya saat itu. Entah pula apa yang terjadi dengannya selama dua puluh tahun lebih ia habiskan semasa hidupnya. Yang saya tahu adalah, di sebuah hari Sabtu yang cerah tanggal 12 Maret 2011, ia telah menjelma menjadi seorang gadis yang masih belum dipertemukan Tuhan dengan jodohnya. Dan pada hari itu takdir mempertemukan saya dengannya di antara kumpulan orang-orang asing lain yang tengah khusyuk ber-Piknik Asik di Kebun Raya Bogor. Dia adalah Sari Nurulita, yang kemudian lebih akrab disapa Uyuy.


Selain Uyuy, di hari yang bersejarah itu, saya yang saat itu datang bersama Galih juga bertemu dengan sesama makhluk kota Hujan lainnya yaitu Ikra, Selvie dan Adis. Yang mana pada minggu-minggu selanjutnya mereka menjadi teman berkumpul dengan karaoke sebagai menu wajib.
Kira-kira dua minggu kemudian, saya bertemu lagi dengan Adis dan Uyuy dalam rangka menghadiri acara launching buku di salah satu mall kawasan Pejaten. Sepulang dari sana, berkumpullah kami di salah satu tempat makan daerah Tanah Baru dengan bertambahnya satu personil yaitu Galih. Maka Eco Raos pun menjadi saksi untuk pertama kalinya saya mendengar kisah cinta mengalir deras dari mulut seorang Uyuy. Dan dari situ saya menyimpulkan bahwa Uyuy adalah tipe orang yang tidak sungkan berbagi cerita bahkan untuk hal yang cukup pribadi sekalipun dengan orang yang baru ia kenal. Saat itu, saya hanya turut menyimak sambil sesekali mengomentari ceritanya.


Esoknya, saya bertemu lagi dengan Galih, Uyuy dan Ikra untuk melakukan perjalanan menuju Piknik Asik berikutnya di Monas. Dan saya lupa apakah hari itu Uyuy masih berkoar-koar tentang kisah cintanya yang membingungkan seperti kemarin atau tidak. Tapi sepertinya iya. Karena pada pertemuan kami selanjutnya menuju Burgani, ia masih menceritakan hal yang sama. Maka saya pun mulai membeberkan sedikit demi sedikit kisah saya sambil menimpali ceritanya. Dan sejak saat itu, bisa dibilang hampir setiap hari Uyuy curhat via Blackberry Messenger a.k.a BBM. Lambat laun ia mulai menjadi sahabat baru saya. Manusia terjujur yang pernah saya kenal.
Uyuy sangat hobi beredar alias sangat tidak betah tinggal di rumah. Ia sering mengajak saya duduk-duduk cantik sembari wifi-an di cafe. Kedai Telapak dan Dunkin' Donuts pinggiran jalan Pajajaran adalah favorit kami. Jika tidak membutuhkan koneksi internet, kedai-kedai bernuansa nyaman di Bogor-lah yang akan kami singgahi. Atau bila bosan berputar-putar di pusat kota, saya dan Uyuy akan ke pinggir sedikit menikmati alam Puncak yang selalu menyenangkan. Ah, bahkan liburan Natal tahun lalu pun kami melewatinya di Puncak Pass. Kadang Uyuy juga main ke rumah saya yang dia bilang berada di gunung saking jauhnya. Bermain dengan dua keponakan saya, Raya dan Mutia, menikmati oncom goreng buatan ibu yang jadi kesukaannya, atau mengotori kamar saya dengan tangisannya tatkala ia patah hati.


Dan sekarang, hampir satu tahun sudah Uyuy kembali menetap di ibukota demi mencari segenggam berlian, atau mungkin sebongkah Jerman? Sedikit merindukannya memang, walaupun kami masih sesekali bertemu saat ia tidak sedang bersama pacarnya di malam Minggu (psst sekarang Uyuy udah punya pacar!). Tapi apapun itu, saya selalu berharap yang terbaik buat Uyuy serta menginginkan kegalauan perlahan sirna dari hidupnya. Dan hari ini, hari di mana ia kembali mengulang usianya yang semakin berkurang, tidak ada doa yang lebih ingin saya panjatkan selain "semoga Sari Nurulita lekas bertemu dengan pemilik tulang rusuk yang sesungguhnya dan segera diikatkan dalam jalinan pernikahan yang sah, ya Tuhan...".

Selamat ulang tahun, kak Uyuy! :) :*

Tuesday, December 18, 2012

Bedah Buku Curahan Hati

Kira-kira ada ngga ya yang setelah nonton Ada Apa Dengan Cinta? jadi punya BUKU CURHAT sama sahabat layaknya Cinta and the genk? Ada. Saya dan Astra salah duanya.

Maka di suatu hari yang cerah, kami berjanji untuk bertemu sambil membawa benda tersebut setelah terakhir kali membacanya sambil cekikikan bersama di kostan saya di Jakarta. Demi mendapat suasana nyaman tentram loh jinawi, terpilihlah toko donat plus kopi bernuansa coklat di sebuah pusat perbelanjaan yang agak sepi di kota Bogor.


Dan siang itupun kami kembali ke masa-masa di tahun 2002 hingga 2004 silam...

Seperti yang ditulis oleh Astra dalam Tumblr-nya, kami bersahabat dari kelas 1 SMA karena dipersatukan oleh... SHEILA ON 7. Dan selama hampir tiga tahun itu persahabatan kami nyaris tak pernah pudar karena setiap hari selalu menyempatkan bertemu untuk menyerahkan sebuah buku bersampul lucu yang diisi secara bergantian. Itulah buku curhat saya dan Astra. Biasa dibeli dari hasil perburuan di Gramedia atau toko ABC di Surya Kencana.
Selain Astra, saya juga pernah punya buku curhat bareng genk sedari SMP dan juga kuliah. Tapi tidak ada yang mengalahkan rekor keawetan dan jumlah buku curhat yang ditulis oleh saya dan Astra. Yes, kami punya EMPAT buku! Empat buku yang isinya curhatan semua.


Oke, sebenarnya ngga melulu curhat tentang kehidupan sehari-hari, keluarga, sekolah, atau juga gebetan. Isi buku-buku ini kebanyakan bercerita tentang band asal Jogja yang tadi saya sebutkan, terutama gitaris dan vokalisnya. Tentang Astra yang ngefans habis-habisan sama Eross dan saya yang tergila-gila pada Duta. Mulai dari lagu-lagu SO7, foto-foto mereka, ucapan selamat saat mereka ulang tahun, lalu kami yang daftar menjadi anggota SheilaGank, sampai tentang konser SO7 yang kami tonton semuanya ada di sini. Ada juga selipan tiket bioskop, pamflet acara sekolah, foto box, puisinya Astra, serta lembaran-lembaran kertas obrolan kami saat bosan di tempat les. Dan ternyata buku ini pun jadi saksi bisu ketika pertama kalinya saya suka sama Ariel xD


Ada tawa, haru, rindu, surprise, sampai geli sendiri saat membaca keempat buku tersebut. Kenangan demi kenangan muncul satu persatu hingga mengingatkan kembali hal-hal yang telah terlupakan setelah saya beranjak meninggalkan masa SMA. Dan saya sadar kalau buku-buku tersebut bukan sekadar buku curhat, melainkan harta yang selalu mengikat erat tali persahabatan saya dan Astra. Karena seberapa jauh dan lamanya kami berpisah, suatu saat akan kembali bertemu untuk membedah buku seperti yang kami lakukan hari itu. Menertawakan kebodohan demi kebodohan yang pernah terjadi di masa SMA dulu. Terpujilah orang yang menciptakan diary dan pencetus ide buku curhat dalam film AADC?

Maka waktu yang hanya beberapa jam saat itupun sebenarnya tidak cukup bagi kami untuk membaca kembali semua cerita yang telah tertulis. Namun karena khawatir akan diusir dari Jco setelah kelamaan duduk di sana, kamipun melangkah keluar dan menuju lantai atas untuk melakukan ritual selanjutnya: FOTO BOX!


Monday, December 17, 2012

Galaxy, Bioskop Sejuta Cerita!


Ini adalah Galaxy, sebuah bioskop di kota Bogor yang pernah sangat jaya pada masanya. Dulu, Galaxy adalah satu-satunya bioskop di Bogor. Ralat, sebenarnya ada satu lagi yaitu Dewi Sartika 21. Tapi konon, tempatnya ada di Pasar Anyar dan dekat dengan tumpukan sampah atau semacamnya. Sampai Dewi Sartika tutup usia, saya tidak pernah menginjakkan kaki ke sana. Dan, oh, sebenarnya ada lagi bioskop-bioskop lainnya yang sering saya lihat! Yaitu bioskop Tajur (sekarang showroom mobil), Ramayana (sekarang disulap jadi Bogor Trade Mall a.k.a BTM), dan satu lagi di daerah Merdeka yang saya lupa namanya karena jarang terlewati. Tapi sepertinya mereka spesialis film-film 'syur' yang mana judul-judul di posternya selalu membuat saya ingin tertawa. Maka tetap Galaxy-lah bioskop satu-satunya buat saya saat itu. Dan mungkin untuk banyak orang lainnya.
Film yang pertama kali saya tonton di Galaxy adalah Air Bud. Diajak Mita (apa? Mita lagi?! sepertinya kapan-kapan saya harus menulis postingan khusus tentang Mita) dan saudara-saudaranya yang sedang berlibur Lebaran. Kalau tidak salah saat itu saya kelas 6 SD dan samar-samar saya masih ingat baju yang saya pakai saat itu, semacam terusan selutut dengan motif bunga-bunga berwarna pink. Baju lebaran :3. Dan saya merasa sangat senang sekali pada hari itu karena punya pengalaman baru yaitu nonton di bioskop! Bahkan langit pun sepertinya turut bahagia karena sepulang dari sana saya melihat pelangi dari atas jembatan dekat rumah. Hey, ingatan saya lumayan kan?


Sejak saat itu, setiap lewat Galaxy, saya selalu refleks menoleh ke arah deretan poster-poster ini, memperhatikan film-film apa saja yang sedang diputar. Wajah Leonardo Dicaprio dan Kate Winslet dengan kapal besarnya adalah yang terlama bertahan di sana. Tahun-tahun selanjutnya, kelima kotak tempat poster di sana sempat terisi penuh, yang artinya adalah seluruh studio di dalam Galaxy diberdayakan untuk memutar film. Sedangkan tempat-tempat poster nun jauh di seberang dan belakang gedung digunakan untuk film-film yang akan datang. Itulah masa keemasan Galaxy!


Masa kejayaan Galaxy juga pernah ditandai dengan membludaknya antrean di depan loket ini. Selain pernah beralih ke Dinosaur dari Petualangan Sherina gara-gara kehabisan tiket saat nonton bareng keluarga, saya dan teman-teman pernah gantian berdiri 15 menit sekali di tempat ini dari sejak loket belum dibuka demi menonton film yang sedang hits-hitsnya saat itu: Ada Apa Dengan Cinta?. Dan saya masih ingat lagu yang terputar di walkman kala mengantre: Linkin Park - My December :')

Baiklah kembali ke masa kini. Sekarang saya akan mengajak nostalgia kepada warga Bogor atau siapapun yang dulu pernah atau sering nonton di Galaxy:
Deretan film hari ini.
Selamat datang di Studio 2 :)
Film-film segera dan yang akan datang.
Dulu lorong ini nyaris tak pernah sepi.
Studio 3 dengan sofanya yang khas.
Mau duduk di mana?
Kenapa tidak ada foto pojok penjualan makanan dengan pop corn-nya yang menjadi menu wajib saya saat menonton? Karena sekarang bagian tersebut sudah bertukar tempat dengan sofa di samping pintu menuju lorong dekat dengan toilet wanita. Mungkin agar letaknya lebih ke tengah, tidak terlalu ujung seperti sebelumnya, karena sekarang di lantai bawah (studio 3) sudah tidak ada penjual makanan :|

Yep, its sounds like Galaxy is going to collapse.Itulah salah satu alasan kenapa akhir-akhir ini saya kembali memilih nonton di sana ketimbang Ekalokasari 21, Botani Square XXI, atau BTM 21. Berharap dengan kembali menjadi pengunjung setia akan menambah sedikit pemasukan dan mengembalikan rasa percaya diri pengelola bioskop ini agar tidak gulung tikar. Dan berikut beberapa alasan lainnya:
  • Murah meriah. Saya lupa berapa persisnya harga tiket paling mahal yang pernah dipatok Galaxy. Yang pasti setelah kemunculan bioskop-bioskop baru tersebut dan Galaxy jadi sepi pengunjung, harga tiketnya selalu lebih rendah dibanding 21 yang termurah. Sepengetahuan saya, setelah masa kejayaannya berlalu, Galaxy menurunkan tiketnya menjadi 10000 di mana saat itu tiket 21 dijual 15000. Sekarang, begitu harga tiket 21 naik, Galaxy pun kembali menaikkan harga menjadi 15000 dan 20000 saat weekend.
  • Terhindar dari godaan tempat perbelanjaan yang terkutuk. Seperti pernah dikatakan Hanung Bramantyo dalam twitnya, nonton di tempat seperti Galaxy akan terhindar dari rasa cemas akan keinginan mampir ke department store, food court, atau tempat-tempat penguras dompet lain yang ada di mall layaknya bioskop jaman sekarang.
  • Napak tilas (baca: nostalgia a.k.a mengenang masa lalu). Sebagai penggemar masa lalu, berada di tempat dengan sejuta cerita seperti Galaxy adalah hal yang menyenangkan bagi saya. Perkara kipas-kipas saat nonton karena ac mati atau kaget karena teman di sebelah tidak kelihatan saking gelapnya sih bukan masalah :))
Harapan agar Galaxy bisa kembali ramai seperti masa keemasannya dulu mungkin terlalu berlebihan. Tapi semoga saja tempat bersejarah ini tetap bisa bertahan sambil terus meningkatkan kualitasnya di antara bioskop-bioskop modern lain yang ada di kota Bogor dan akan tetap menjadi Galaxy sampai kapanpun. Hidup Galaxy! Hidup kenangan!! Hidup masa lalu!!!

Tebak saya dan siapa nonton apa?

*klik di sini untuk mengecek jadwal film di Galaxy ;D